Rakerwil Dewan Masjid Indonesia Provinsi Bali

Rakerwil Dewan Masjid Indonesia Provinsi Bali

Denpasar - Menindaklanjuti Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) Dewan Masjid Indonesia Provinsi Bali yang telah menetapkan susunan pengurus di Masjid Baitul Makmur 19 Februari lalu, DMI Provinsi Bali menggelar Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) Dewan Masjid Indonesia Provinsi Bali pada tanggal 14 April 2013, di Batukaru Room Hotel Aston, Denpasar. Rapat Kerja membahas program kerja DMI Bali “5 tahun Periode Kepengurusan” dengan mengusung tema “Meningkatkan Peran DMI Bali Sebagai Wadah Perjuangan dalam Memberdayakan Masjid untuk Kesejahteraan Umat dan Bangsa”. Kegiatan ini dihadiri oleh perwakilan Kanwil Kemenag Bali, MUI Bali, 75 Pengurus Wilayah dan Pengurus Daerah DMI Provinsi Bali dan beberapa ormas Islam yang ada di Bali. Beberapa point penting dihasilkan dalam Rakerwil kali ini, diantaranya adalah Masjid dapat berfungsi sebagai sarana dalam pemberdayaan masyarakat. DMI membantu tata kelola akustik Masjid, merealisasikan bantuan yang bekerjasama dengan Dirjen PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) dalam merintis dan mengembangkan PAUD berbasis Masjid, mengoptimalkan, menambah, meningkatkan keterampilan masing-masing takmir Masjid dalam pengelolaan masing-masing Masjid. 
Ketua DMI Bali, H. Bambang Santoso dalam kesempatan lain menjelaskan beberapa harapannya ke depan tentang peran dan fungsi DMI Bali, terkait dengan orientasi ibadah yang masih dalam tataran ritualistik di tataran masyarakat. Pertama beliau berharap agar DMI mampu mendorong dan menyemangati bahkan menjadi motivator agar mewujudkan harapan yang lebih tinggi yaitu fungsional, sehingga keberadaan Masjid di suatu tempat bukan saja hanya membentuk masyarakat yang taat dan rajin beribadah tetapi tercermin masyarakat menjadi maju, berakhlak mulia dan berperadapan tinggi sebagai aktualisasi masyarakat madani. Kedua, mengubah pola tradisi dan pemikiran yang mulai bergeser selama ini, dalam artian kurang tepatnya dalam mengelola Masjid. Jamaah Masjid selama ini tidak sedikit yang dijadikan komoditas politik dan ekonomi, bukan lagi menjadi hamba Allah yang seharusnya menjadi tamu Allah yang harus dimuliakan, disayangi, dicintai serta dilindungi. Ketiga, umat Islam selama ini kebanyakan masih berupa sekumpulan umat atau gerombolan umat, bukan satu barisan umat. DMI Bali menghimbau dan mengajak masyarakat bagaimana merapatkan barisan tidak hanya ketika waktu sholat saja tetapi juga dalam kehidupan sosial masyarakat. [lw]



share this article to: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
Posted by Unknown, Published at 19.28 and have 0 komentar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar